Evaluasi Performa Andragogi Kelompok 3
“Cyberbullying”
Oleh:
Kelompok 3
Yunike Mariana (13-137)
Bullying adalah fenomena yang kerap
terjadi & tidak asing lagi di telinga kita. Ada beberapa jenis
bullying. Salah satunya adalah cyberbullying. Jenis bullying ini masih
kurang commonbagi orang Indonesia dan bahkan beberapa dari kita belum mengetahui seperti apa cyberbullying itu.
Kurangnya pengetahuan mengenai
cyberbullying berdampak pada terjadinya cyberbullying dengan intensitas
yang cukup tinggi. Pada awal tahun 2015, muncul berbagai cercaan
terhadap Haji Lulung melalui meme yang tersebar di jejaring
sosial, mulai dari facebook, youtube, instagram, bahkan path. Haji
Lulung menyatakan ketidaksenangannya atas 'lucu-lucuan' tentang dirinya
yang beredar di dunia maya pada salah satu stasiun televisi Indonesia
dalam suatu acara outdoor talk show. Selain Haji Lulung, Brigadir Dewi
Sri Mulyani dengan kalimat"disitu kadang saya merasa sedih" juga
menjadi bahan tertawaan masyarakat Indonesia. Ia menyatakan
kekecewaannya terhadap gambar-gambar dan video yang diedit sedemikan
rupa yang beredar di jejaring sosial melalui suatu acara talkshow di
salah satu stasiun televisi Indonesia.
Cyberbullying bersifat subjektif.
Walaupun demikian, kita dapat mempelajari, mengenali, dan peka terhadap
hal ini. Pembelajaran dapat dilakukan dengan teknik proyektif.
Pembelajaran dengan teknik proyektif dapat menjaga self-esteem
seseorang. Melalui teknik proyektif, fasilitator menyajikan cerita lewat
ilustrasi gambar dan video yang diakhiri dengan sesi diskusi. Pada sesi
diskusi, peserta didik mengungkapkan perasaannya, tata nilai,
keinginannya atau apa yg ingin dilakukan (insight) sesudah mendapatkan novel knowledge mengenai cyberbullying.
Teman-teman terdekat menjadi sasaran pembelajaran ini dengan harapan bahwa mereka selanjutnya akan menjadi agent of change. Harapan
kecil yang kami inginkan pada keenam orang teman terdekat ini adalah
dapat mencegah cyberbullying atas dirinya dan atas orang lain, juga
dapat mengatasi masalah apabila suatu ketika ia menjadi korban
cyberbullying. Harapan yang lebih besar adalah mereka bisa membagikan
pengetahuan tersebut kepada orang-orang disekitarnya dan mampu
mengontrol diri untuk tidak melakukan cyberbullying. Dampak dari
pembelajaran yang mungkin akan dirasakan oleh peserta didik apabila ia
pernah menjadi korban bully adalah bahwashe's not alone. Ada
orang lain yang pernah menjadi korban bullying juga. Peserta didik ini
dapat melihat bahwa ada orang-orang yang peduli terhadap korban
cyberbullying, ada orang-orang yang berusaha mencegah cyberbullying. Hal
ini mungkin dapat memberikan sedikit kelegaan untuknya dan mencegahnya
untuk mem-bully orang lain karena beberapa korban bullying dinyatakan
berpotensi balik melakukan bullying terhadap orang lain, membalaskan apa
yang pernah ia rasakan.
Teman-teman terdekat diajak menjadi
peserta didik tidak hanya berdasarkan kepraktisan tetapi juga atas
kepedulian kelompok terhadap pengalaman yang kami dengar dari beberapa
peserta didik dan beberapa anggota kelompok yang pernah menjadi korban
bullying dan pelaku bullying. Waktu dan tempat pelaksanaan di Lantai II
Gedung C Fakultas Psikologi dipilih berdasarkan hasil diskusi kelompok 3 dengan peserta didik karena pertimbangan
cuaca dan udara yang cukup panas pada saat itu. Peserta didik
menginginkan kenyamanan saat proses berlangsung, maka dari itu mereka
memilih untuk duduk di lantai gedung dan beberapa kali jeda untuk
merenggangkan badan dan urusan ke belakang. Kelompok menyediakan minuman
teh dalam kemasan, masing-masing mendapat satu agar peserta tidak
kehausan. Peralatan yang akhirnya kami pergunakan saat pelaksanaan
adalah sebuah laptop dan dua kamera smart phone untuk merekam
dokumentasi dari dua sisi, depan dan belakang peserta didik.
Dari hasil diskusi di akhir sesi,
seorang peserta didik yang merupakan korban bullying yang kemudian
menjadi pelaku bullying menyatakan bahwa ia merasa kasihan pada Amanda
Todd yang berjuang untuk menghapuskan cyberbullying terhadapnya dan
kemudiaan ditemukan tewas di kamar apartemennya setelah beberapa kali
percobaan bunuh diri. Ia mengatakan bahwa seharusnya teman-teman sekolah
Amanda Todd berhenti melakukan cyberbullying, menghapus gambar tersebut
dari media sosial, dan membantunya untuk bangkit setelah Amanda Todd
menyatakan bahwa ia depresi. Peserta didik yang lain menyatakan bahwa
kenapa orang-orang disekitar Amanda Todd itu tidak dapat membantu, tidak
dapat mencegah Amanda Todd untuk bunuh diri lagi, atau membawanya ke
psikiater atau psikolog untuk terapi atau diberikan penanganan.
Seharusnya ada yang bisa yang bisa membantu dari sekian banyak orang
disekitarnya, minimal sahabatnya sendiri atau keluarganya. Peserta didik
yang lain juga ikut mengungkapkan bahwa pembelajaran ini bermanfaat
bagi mereka yang sebelumnya tidak tahu bahwa 'lucu-culuan' ini termasuk
cyberbullying, bagaimana perasaan mereka, menceritakan keadaan
tokoh-tokoh yang ditayangkan dalam video, dan apa yang dapat mereka
lakukan setelah ini seperti lebih aware apabila mengetahui adanya
cyberbullying atau tanda-tanda terjadinya cyberbullying terhadap
seseorang disekitarnya. Selanjutnya mereka dapat membantu teman-temannya
atau keluarganya apabila menjadi korban cyberbullying. Salah satu
peserta didik yang pernah menjadi korban cyberbullying menyatakan bahwa
tokoh animasi tersebut akhirnya mengatasi masalahnya dengan bantuan
keluarganya. Ia menyatakan bahwa seorang korban cyberbullying ternyata
seharusnya menceritakan pada orang terdekatnya, misalnya abang atau
sahabatnya.
Pembagian Tugas
a. Pra-Pelaksanaan
Perencanaan: Seluruh an
Menyusun prosedur pelaksanaan: Yunike, Flora, Utary
Mencari video: Renita, Flora
Mencari gambar: Utary
b. Pelaksanaan
Presenter: Renita, Gianne, Yunike
Dokumentasi: Flora, Yunike, Utary
Operator laptop : Utary
(sambil menjelaskan isi video)
c. Presentasi
Video Editor: Yunike
Ice Breaker: Renita, Yunike, Gianne
Presenter: Utary, Gianne
Operator laptop: Flora
(sambil menjelaskan video)
Menanggapi Audience: Gianne, Renita, Flora, Utary, Yunike
Pertanyaan & Tanggapan dari Audience Kelas Andragogi
- Rini (13-066)
P
: Kalau dengan stand up comedy, biasanya kan komiknya suka menghina
atau mentertawakan orang juga. Di slide apabila sebagai pendidik, lalu
gimana caranya kalo mau ngasih tau ke sepupu untuk mencegah
cyberbullying?
T
: Kita meskipun bukan sebagai pendidik, kita juga harus menjelaskan
perbedaaan antara humor dan sarcasm. Stand up comedy salah satunya.
Misalnya ada saudara kita yang merasa dibully dan susah mengutarakan
perasaannya, bisa memakai cara seperti stand up comedy (mengutarakan
pendapat tanpa membuat orang lain tersakiti).
- M. Saif (12-027)
P : Gimana kita tahu dia ngerasa dibully/ tidak?
T
: Dari video yang kami tampilkan, disitu di tampilkan bahwa orang yg
merasa di bully akan lebih banyak terlihat sendiri daripada berkumpul
dengan orang lain dan juga dia akan terlihat murung atau sedih.
- Agita (13-044)
P : Kenapa videonya kebanyakan lebih tentang respon audience daripada untuk audience di kelas?
T
: Karena itu pendekatan teknik proyeketif jadi kami menampilkan video
kepada audience tentang cyberbully yang menjadi trending topic di
kalangan anak muda yang aktif menggunakan social media, dengan
menampilkan video kami ingin membuat perubahan kepada teman audience
yang menjadi pelaku cyberbully atau yang menjadi korban cyberbully. Kami
berhdapa audience menjadi agent of agency untuk mengubah perilaku
cyberbully yang dapat menyakiti orang lain.
- Indri (12-011)
P : Gimana kalau teman kita gak punya power untuk mengatakan kalo mereka itu tersakiti karena cyberbullying?
T
: Kita sebagai orang yang sudah mengetahui ciri-cirinya atau
tanda-tandanya sebaiknya menanyakan secara langsung dan membantunya
seperti tips-tips yang kami bagikan tadi. Dan kita juga bisa membagikan
apa yang kita ketahui ini pada orang lain agar orang ini juga dapat
mengetahui tanda-tanda terjadinya cyberbullying disekitar mereka dan
mereka dapat membantu orang lain lagi.
- Livi (12-002)
P
: Konsepnya sangat bagus. Videonya kurang lebar dan suara spekernya
kurang besar. Materinya bagus, sesuai dengan mahasiswa yang menggunakan
internet. Gimana kalo Dijah Yellow & Syahrini? Dia kan senang-senang
aja, malah mencari popularitas dari situ. Gimana sebenarnya konsep
cyberbullying itu?
T
: Cyberbullying sebenarnya tergantung persepsi subjek. Jika subjek
tidak merasa dihina/dibully di sosmed maka itu bukan cyberbullying.
Contohnya seperti Dijah Yellow dan Syahrini. Mereka memang tidak
menganggap komen-komen orang di instagram mereka sebagai hinaan. Mereka
malah memanfaatkan itu untuk membuat mereka tenar.
- Firman (13-088)
Saran : Konsepnya bagus, seharusnya dilaksanakan di kelas besar saja karena informasinya juga penting untuk kita semua.
NB:
P=PERTANYAAN/PERNYATAAN
T=TANGGAPAN
Dokumentasi
Bullying adalah fenomena yang kerap
terjadi & tidak asing lagi di telinga kita. Ada beberapa jenis
bullying. Salah satunya adalah cyberbullying. Jenis bullying ini masih
kurang commonbagi orang Indonesia dan bahkan beberapa dari kita belum mengetahui seperti apa cyberbullying itu.
Kurangnya pengetahuan mengenai
cyberbullying berdampak pada terjadinya cyberbullying dengan intensitas
yang cukup tinggi. Pada awal tahun 2015, muncul berbagai cercaan
terhadap Haji Lulung melalui meme yang tersebar di jejaring
sosial, mulai dari facebook, youtube, instagram, bahkan path. Haji
Lulung menyatakan ketidaksenangannya atas 'lucu-lucuan' tentang dirinya
yang beredar di dunia maya pada salah satu stasiun televisi Indonesia
dalam suatu acara outdoor talk show. Selain Haji Lulung, Brigadir Dewi
Sri Mulyani dengan kalimat"disitu kadang saya merasa sedih" juga
menjadi bahan tertawaan masyarakat Indonesia. Ia menyatakan
kekecewaannya terhadap gambar-gambar dan video yang diedit sedemikan
rupa yang beredar di jejaring sosial melalui suatu acara talkshow di
salah satu stasiun televisi Indonesia.
Cyberbullying bersifat subjektif.
Walaupun demikian, kita dapat mempelajari, mengenali, dan peka terhadap
hal ini. Pembelajaran dapat dilakukan dengan teknik proyektif.
Pembelajaran dengan teknik proyektif dapat menjaga self-esteem
seseorang. Melalui teknik proyektif, fasilitator menyajikan cerita lewat
ilustrasi gambar dan video yang diakhiri dengan sesi diskusi. Pada sesi
diskusi, peserta didik mengungkapkan perasaannya, tata nilai,
keinginannya atau apa yg ingin dilakukan (insight) sesudah mendapatkan novel knowledge mengenai cyberbullying.
Teman-teman terdekat menjadi sasaran pembelajaran ini dengan harapan bahwa mereka selanjutnya akan menjadi agent of change. Harapan
kecil yang kami inginkan pada keenam orang teman terdekat ini adalah
dapat mencegah cyberbullying atas dirinya dan atas orang lain, juga
dapat mengatasi masalah apabila suatu ketika ia menjadi korban
cyberbullying. Harapan yang lebih besar adalah mereka bisa membagikan
pengetahuan tersebut kepada orang-orang disekitarnya dan mampu
mengontrol diri untuk tidak melakukan cyberbullying. Dampak dari
pembelajaran yang mungkin akan dirasakan oleh peserta didik apabila ia
pernah menjadi korban bully adalah bahwashe's not alone. Ada
orang lain yang pernah menjadi korban bullying juga. Peserta didik ini
dapat melihat bahwa ada orang-orang yang peduli terhadap korban
cyberbullying, ada orang-orang yang berusaha mencegah cyberbullying. Hal
ini mungkin dapat memberikan sedikit kelegaan untuknya dan mencegahnya
untuk mem-bully orang lain karena beberapa korban bullying dinyatakan
berpotensi balik melakukan bullying terhadap orang lain, membalaskan apa
yang pernah ia rasakan.
Teman-teman terdekat diajak menjadi
peserta didik tidak hanya berdasarkan kepraktisan tetapi juga atas
kepedulian kelompok terhadap pengalaman yang kami dengar dari beberapa
peserta didik dan beberapa anggota kelompok yang pernah menjadi korban
bullying dan pelaku bullying. Waktu dan tempat pelaksanaan di Lantai II
Gedung C Fakultas Psikologi dipilih berdasarkan hasil diskusi kelompok 3 dengan peserta didik karena pertimbangan
cuaca dan udara yang cukup panas pada saat itu. Peserta didik
menginginkan kenyamanan saat proses berlangsung, maka dari itu mereka
memilih untuk duduk di lantai gedung dan beberapa kali jeda untuk
merenggangkan badan dan urusan ke belakang. Kelompok menyediakan minuman
teh dalam kemasan, masing-masing mendapat satu agar peserta tidak
kehausan. Peralatan yang akhirnya kami pergunakan saat pelaksanaan
adalah sebuah laptop dan dua kamera smart phone untuk merekam
dokumentasi dari dua sisi, depan dan belakang peserta didik.
Dari hasil diskusi di akhir sesi,
seorang peserta didik yang merupakan korban bullying yang kemudian
menjadi pelaku bullying menyatakan bahwa ia merasa kasihan pada Amanda
Todd yang berjuang untuk menghapuskan cyberbullying terhadapnya dan
kemudiaan ditemukan tewas di kamar apartemennya setelah beberapa kali
percobaan bunuh diri. Ia mengatakan bahwa seharusnya teman-teman sekolah
Amanda Todd berhenti melakukan cyberbullying, menghapus gambar tersebut
dari media sosial, dan membantunya untuk bangkit setelah Amanda Todd
menyatakan bahwa ia depresi. Peserta didik yang lain menyatakan bahwa
kenapa orang-orang disekitar Amanda Todd itu tidak dapat membantu, tidak
dapat mencegah Amanda Todd untuk bunuh diri lagi, atau membawanya ke
psikiater atau psikolog untuk terapi atau diberikan penanganan.
Seharusnya ada yang bisa yang bisa membantu dari sekian banyak orang
disekitarnya, minimal sahabatnya sendiri atau keluarganya. Peserta didik
yang lain juga ikut mengungkapkan bahwa pembelajaran ini bermanfaat
bagi mereka yang sebelumnya tidak tahu bahwa 'lucu-culuan' ini termasuk
cyberbullying, bagaimana perasaan mereka, menceritakan keadaan
tokoh-tokoh yang ditayangkan dalam video, dan apa yang dapat mereka
lakukan setelah ini seperti lebih aware apabila mengetahui adanya
cyberbullying atau tanda-tanda terjadinya cyberbullying terhadap
seseorang disekitarnya. Selanjutnya mereka dapat membantu teman-temannya
atau keluarganya apabila menjadi korban cyberbullying. Salah satu
peserta didik yang pernah menjadi korban cyberbullying menyatakan bahwa
tokoh animasi tersebut akhirnya mengatasi masalahnya dengan bantuan
keluarganya. Ia menyatakan bahwa seorang korban cyberbullying ternyata
seharusnya menceritakan pada orang terdekatnya, misalnya abang atau
sahabatnya.
Pembagian Tugas
a. Pra-Pelaksanaan
Perencanaan: Seluruh an
Menyusun prosedur pelaksanaan: Yunike, Flora, Utary
Mencari video: Renita, Flora
Mencari gambar: Utary
b. Pelaksanaan
Presenter: Renita, Gianne, Yunike
Dokumentasi: Flora, Yunike, Utary
Operator laptop : Utary
(sambil menjelaskan isi video)
c. Presentasi
Video Editor: Yunike
Ice Breaker: Renita, Yunike, Gianne
Presenter: Utary, Gianne
Operator laptop: Flora
(sambil menjelaskan video)
Menanggapi Audience: Gianne, Renita, Flora, Utary, Yunike
Pertanyaan & Tanggapan dari Audience Kelas Andragogi
- Rini (13-066)
P
: Kalau dengan stand up comedy, biasanya kan komiknya suka menghina
atau mentertawakan orang juga. Di slide apabila sebagai pendidik, lalu
gimana caranya kalo mau ngasih tau ke sepupu untuk mencegah
cyberbullying?
T
: Kita meskipun bukan sebagai pendidik, kita juga harus menjelaskan
perbedaaan antara humor dan sarcasm. Stand up comedy salah satunya.
Misalnya ada saudara kita yang merasa dibully dan susah mengutarakan
perasaannya, bisa memakai cara seperti stand up comedy (mengutarakan
pendapat tanpa membuat orang lain tersakiti).
- M. Saif (12-027)
P : Gimana kita tahu dia ngerasa dibully/ tidak?
T
: Dari video yang kami tampilkan, disitu di tampilkan bahwa orang yg
merasa di bully akan lebih banyak terlihat sendiri daripada berkumpul
dengan orang lain dan juga dia akan terlihat murung atau sedih.
- Agita (13-044)
P : Kenapa videonya kebanyakan lebih tentang respon audience daripada untuk audience di kelas?
T
: Karena itu pendekatan teknik proyeketif jadi kami menampilkan video
kepada audience tentang cyberbully yang menjadi trending topic di
kalangan anak muda yang aktif menggunakan social media, dengan
menampilkan video kami ingin membuat perubahan kepada teman audience
yang menjadi pelaku cyberbully atau yang menjadi korban cyberbully. Kami
berhdapa audience menjadi agent of agency untuk mengubah perilaku
cyberbully yang dapat menyakiti orang lain.
- Indri (12-011)
P : Gimana kalau teman kita gak punya power untuk mengatakan kalo mereka itu tersakiti karena cyberbullying?
T
: Kita sebagai orang yang sudah mengetahui ciri-cirinya atau
tanda-tandanya sebaiknya menanyakan secara langsung dan membantunya
seperti tips-tips yang kami bagikan tadi. Dan kita juga bisa membagikan
apa yang kita ketahui ini pada orang lain agar orang ini juga dapat
mengetahui tanda-tanda terjadinya cyberbullying disekitar mereka dan
mereka dapat membantu orang lain lagi.
- Livi (12-002)
P
: Konsepnya sangat bagus. Videonya kurang lebar dan suara spekernya
kurang besar. Materinya bagus, sesuai dengan mahasiswa yang menggunakan
internet. Gimana kalo Dijah Yellow & Syahrini? Dia kan senang-senang
aja, malah mencari popularitas dari situ. Gimana sebenarnya konsep
cyberbullying itu?
T
: Cyberbullying sebenarnya tergantung persepsi subjek. Jika subjek
tidak merasa dihina/dibully di sosmed maka itu bukan cyberbullying.
Contohnya seperti Dijah Yellow dan Syahrini. Mereka memang tidak
menganggap komen-komen orang di instagram mereka sebagai hinaan. Mereka
malah memanfaatkan itu untuk membuat mereka tenar.
- Firman (13-088)
Saran : Konsepnya bagus, seharusnya dilaksanakan di kelas besar saja karena informasinya juga penting untuk kita semua.
NB:
P=PERTANYAAN/PERNYATAAN
T=TANGGAPAN
Dokumentasi
Wednesday, March 18, 2015
Konsep Performa Pembelajaran Metode Proyektif
“Cyberbullying”
Oleh:
Teknik Proyektif
Teknik proyektif adalah teknik
pembelajaran yang menggambarkan suatu masalah melalui cerita, cerita bergambar,
sandiwara, dengan berbagai media untuk menggali dimensi
permasalahan-permasalahan tersembunyi yang ada pada peserta didik. Informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik dapat
diperoleh melalui diskusi, wawancara, atau konsultasi dengan para ahli. Peserta
didik berperan di akhir cerita. Mereka mendiskusikan perilaku dan motivasi
tokoh-tokoh dalam cerita tersebut. Dengan mendiskusikannya, peserta didik dapat
mengungkapkan perasaan-perasaannya, tata nilai, dan sebagainya.
Topik: Cyberbullying
Cyberbullying adalah
kekerasan dalam bentuk teks atau pesan instan yang bersifat kasar dan menghina
seseorang di media sosial. Menurut wikipedia, cyberbullying adalah penggunaan
teknologi informasi untuk menyakiti orang lain secara berulang-ulang dengan
sengaja. Cyberbullying itu dapat dibatasi dengan memposting rumor atau gosip
tentang seseorang di internet dan mengandung sifat kebencian dalam pemikiran
orang yang melakukan cyberbullying; atau juga dapat diperluas dengan
mengidentifikasi korban secara personal dan mempublikasikan material sesorang
dengan tujuan menfitnah dan mempermalukan orang tersebut.
Cyberbullying
dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi untuk
mendukung hostile behavior yang dilakukan dengan sengaja dan berulang-ulang
oleh individu atau kelompok untuk menyakiti orang lain. Menggunakan internet
dan mobile technology seperti web page dan grup diskusi atau SMS dengan tujuan
menyakiti orang lain. Menyakiti seseorang dalam cyberbullying ada dua cara,
yaitu : cyberstalking atau cyberharassment yang dilakukan orang dewasa terhadap
orang dewasa. Cyberstalker bertindak di forum publik, media sosial , atau
situs-situs informasi online dan bertujuan untuk mengancam penghasilan, pekerjaan, reputasi, atau
keamanan korban. Beberapa pelaku dapat mempublikasikan foto korban atau foto
korban yang sudah di edit beserta penjelasan gambar yang menfitnah atau
memasang wajah korban dengan tampilan tubuh yang telanjang. Cyberbullies dapat menunjukkan data pribadi
korban (nama asli, alamat rumah atau tempat kerja/ sekolah) di website atau
forum atau bisa menggunakan peniruan, menciptakan akun palsu, tempat
mengutarakan komentar-komentar atau sikap sebagai target mereka untuk tujuan mempublikasikan
material dalam nama mereka yang memfitnah, mencemarkan nama baiknya, atau
mempermalukan mereka. Pelaku seringkali tidak menyebutkan nama mereka atau
anonim sehingga seringkali pelaku tidak diketahui dan tidak dapat di proses
dengan hukum. Cyberbullying dapat terjadi setiap waktu.
Why?
Topik ini diangkat karena akhir-akhir ini marak
terjadi cyberbullying di sekitar kita. Tujuannya adalah membuat peserta didik sadar bahwa cyberbullying
merupakan suatu hal yang melanggar norma sosial dan norma hukum yaitu UU ITE
Pasal 27 ayat 3 yang berbunyi setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/ menstransmisikan dan/ membuat dapat diaksesnya informasi
dan/ dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/ pencemaran nama
baik dan Pasal-pasal KUHP yang mengatur tentang cyberbullying yang tercantum
dalam Bab XVI mengenai penghinaan, khususnya Pasal 310 ayat (1) dan (2).
Pembelajaran ini ditujukan pada mahasiswa di Fakultas Psikologi USU. Peserta
didik diharapkan lebih memahami dampak negatif dari cyberbullying. Dampak
psikologis dari cyberbulling adalah:
1.
Tidak bersemangat melakukan kegiatan yang
tadinya disukai
2.
Enggan berangkat kerja atau atau sering menjadi
membolos
3.
Susah tidur atau mimpi buruk
4.
Mudah merasa takut
5.
Tidak percaya diri
6.
Muncul keinginan membully sebagai bentuk balas
dendam
7.
Social phobia
8.
Bullyside: bunuh diri karena tertekan secara
mental.
Media/Sarana belajar: alat pandang dengar (Video dari youtube, gambar dari sosial media)
Peserta : 5 orang mahasiswi Psikologi USU
Tanggal pelaksaan : Selasa, 30 Maret 2015
Waktu pelaksanaan : 08.00-selesai
Tempat : Taman USU
Durasi : maks. 1 jam
Biaya yg diperlukan : Rp25.000 (minum utk 5 orang)
Prosedur
Model rancangan belajar adalah model peran
dengan jenis satuan kegiatan pertemuan umum. Prosedur pembelajaran:
·
Pembukaan
·
Cerita
·
Menampilkan foto-foto
·
Menampilkan video
·
Diskusi.
Sumber:
Arif, Zaainudin. 2012. Andragogi. Bandung:
Angkasa.